Profil

Secara Administratif posisi Gampong Paya Terbang pada saat sekarang berada dalam Kecamatan Nibong, sedangkan dulunya Gampong Paya Terbang barada dalam Kecamatan Tanah Luas, namun setelah terjadinya pemekaran, Gampong Paya Terbang berada dalam wilayah  Kecamatan Nibong sekitar tahun 2000.
Gampong Paya Terbang merupakan salah satu gompong dari 20 gampong yang terletak di kemukiman Nibong, Kecamatan Nibong Kabupaten Aceh Utara yang berjarak 1 Km dari pusat kecamatan. Luas wilayah gampong Paya Terbang 100 Ha, yang terbagi kedalam 3 dusun yaitu Dusun Balai Keudee, Dusun Balee Paya dan Dusun Balee Buloh, dengan jumlah penduduk ± 500 jiwa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun.

Legenda sejarah gampong Paya Terbang, merupakan sebuah desa yang letaknya tidak jauh dengan ibu kota kecamatan yaitu sekitar ± 1 Km. Alkisah menerangkan bahwa Gampong ini dinamakan dengan Gampong Paya Terbang, karena di gampong ini kisah terbangnya satu perkampungan untuk menyelamatkan seorang ulama yang bernama Tgk. Razali yang diancam bunuh oleh seorang Raja Bakoi.
Raja Bakoi mencari ulama ke Paya Terbang untuk minta penerangan tentang perancanaan pernikahann dengan anaknya, namun Raja Bakoii tidak menemukan jawaban. Tgk. Razali meminta raja untuk kembali keesokan harinya. Sepeninggal raja, Tgk. Razali berzikir kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk menerbangkan tanah tempat dia mendirikan rumah ( Pesantren ). Keesokan harinya setibanya raja ditempat itu Tgk. razali dan pertapakan tempat dia tinggal sudah tidak ada lagi, yang ditemukan hanya bekas tanah yang seperti kolam. Konon legenda Paya Terbang juga ada hubungan erat dengan sejarah Raja Bakoi yang ingin menikahi anak kandungnya sendiri setelah isteri Raja Bakoi meninggal dengan alasan nazar (kaul). Raja Bakoii adalah suami dari Putri Nahrisyah, ratu Samudera Pasai yang terakhir, dan legenda tersebut juga berhubungan erat dengan kisah kuburan Tgk. 44, ulama 44 orang yang terbunuh oleh kebiadaban orang zalim.
Di Gampong Paya Terbang keadaan penduduknya sudah tergolong kedalam desa yang sedikit maju mengingat keadaan masyarakatnya baik dari segi pendidikan maupun perekonomian bertambah pertahun. Namun demikian pertambahan pendidikan tidak diikuti dengan bertambahnya tingkat kesempatan kerja yang layak, sehingga masih banyak masyarakatnya yang berposisi sebagai pengangguran dan berada pada garis kemiskinan. Sedangkan keadaan pemerintahannya dipimpin oleh seorang geuchik dan sudah terbentuknya lembaga-lembaga desa lainnya, dalam berbagai hal mereka membuat perencanaan yang sangat baik dengan selalu mengedepankan musyawarah untuk pengambilan keputusan, untuk bidang pembangunan sudah mulai melakukan berbagai perencanaan baik untuk penunjang ekonomi maupun untuk sosial gampong.